Chapter 217: Akhir
Chapter 217: Akhir
Seluruh bagian tubuh Randika memuncratkan darah. Tidak butuh waktu lama untuk membuat Randika menjadi air mancur darah berjalan!
Wajah, tangan, perut, kaki, semuanya bersimbah darah kecuali kedua bola matanya yang melotot ke arah Shadow!
Di bawah tatapan mengerikan itu, Shadow tanpa sadar melangkah mundur.
Tatapan mata itu benar-benar mengerikan dan menyimpan rasa dendam yang luar biasa pekat. Meskipun dia tahu bahwa Randika tidak mungkin bisa kabur dari ruangan ini, entah kenapa, Shadow tetap merasa takut.
Setelah beberapa langkah ke belakang, Shadow menatap Randika. Saat ini, kekuatan misterius Randika mengalir dan keluar dari dalam tubuhnya. Seperti air keran, kekuatan ini keluar dengan deras dan tubuhnya memiliki kekuatan yang amat besar. Jika dia tidak bisa menyalurkan tenaganya ini, tubuhnya terasa akan meledak kapan saja.
"AHH!!"
Randika meraung keras dan bangkit berdiri. Tangannya mengepal dan meninju pintu baja dengan keras!
DUM!
Tiba-tiba, pintu baja yang sudah diperkuat itu bergetar dengan hebat. Namun, sepertinya pintu tersebut masih bisa bertahan dari tinju Randika.
Saat ini kondisi Randika melebihi kekuatan yang dimilikinya ketika kondisinya sedang prima. Dia jelas tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi.
Satu pukulan tersebut rupanya dapat didengar oleh Shadow dan pengawalnya yang ada di luar. Mereka mulai was-was, seakan-akan Randika bisa mendobrak pintu itu hingga hancur.
"Percuma kau berusaha kabur, hanya buang-buang waktu saja." Kata Shadow sekaligus berusaha meyakinkan dirinya. Tetapi Randika masih berdiri di tempatnya.
DUM!
Pintu kembali bergetar. Kali ini pintu tersebut mulai menunjukan tanda-tanda bengkok.
Randika mengumpulkan semua tenaganya ke tinjunya. Bagaikan senapan mesin, pukulan demi pukulan dia layangkan dengan sekuat tenaga.
DUM!
DUM!
DUM!
Suara keras tersebut terus menerus terdengar, di bawah serangan tinju Randika, pintu tersebut mulai goyah. Sepertinya hanya masalah waktu sebelum pintu itu hancur.
Shadow yang berada di luar itu mulai ketakutan. Melihat celah pintu yang makin lebar tiap detiknya, mau tidak mau dia mengambil langkah mundur sedikit demi sedikit. Orang-orang di sebelahnya justru memasang wajah waspada.
Akhirnya, setelah sekian lama, pintu baja tersebut akhirnya terpental oleh tinju Randika!
Pintu baja yang tebal itu, terlempar ke arah Shadow berada. Dengan berat lebih dari 50 kg, pintu itu melayang dengan cepat. Ia mendarat persis di pengawal Shadow dan membunuhnya dalam sekejap.
Shadow sendiri berhasil menghindarinya berkat kecepatannya yang cepat. Tetapi angin yang dihasilkan dari momentum besi itu membuatnya terpental dan membentur tembok.
Sekarang, di hadapan Shadow muncul seorang yang bersimbah darah dan dengan tatapan mata yang mengerikan!
Perangkap yang dia susun beberapa bulan itu tidak bisa membunuhnya?
Randika, yang masih mengeluarkan darah, keluar dari dalam ruangan beracun itu dan menatap Shadow. Tatapan matanya dipenuhi kebencian dan api amarah.
Untuk sesaat, Shadow merasa udara di sekitarnya sangat sesak dan tidak bisa bernapas.
Para bawahannya itu sama sekali tidak berani bergerak. Lawannya itu sepertinya orang yang brutal dan tak terkalahkan. Pada saat ini, Randika berjalan dengan perlahan menuju Shadow.
Banyak anak buah Shadow ini menggertakan giginya dan menerjang maju ke arah Randika.
Randika sama sekali tidak peduli. Ketika dia melihat puluhan orang menerjang ke arah dirinya, dia sama sekali tidak gentar. Justru api di dalam hatinya semakin berkobar. Randika menghajar semuanya dengan tinjunya, tidak memakai trik sama sekali. Dia hanya membuat lawannya terpental ataupun terbunuh di tempat. Setiap tarikan napasnya akan menewaskan siapapun yang berani menghalanginya!
Kekuatan Randika meningkat drastis ketika kekuatan misterius ini mengambil alih tubuhnya. Dengan kekuatannya yang sekarang, pintu yang didesain khusus itu, yang katanya bisa menahan bom nuklir, bisa dihancurkannya dengan mudah, apalagi kalau cuma cecunguk-cecunguk seperti ini?
Meskipun mereka mengepungnya, Randika sama sekali tidak repot-repot dan hanya meninju mereka.
Serangan tinjunya itu, apabila tidak ditahan, sudah cukup membuat lubang di bagian tubuh yang terkena. Bahkan tinju Randika barusan mementalkan jantung seseorang dan mendarat di salah satu lawannya yang lain.
Melihat satu per satu anak buahnya dibunuh dengan mudah seperti ini, tubuh Shadow sudah tidak bisa berhenti gemetar. Bahkan hatinya sendiri sudah menjerit ketakutan dan tubuhnya sudah tidak bisa berhenti melangkah mundur. Meskipun dia ingin kabur dari sini, dengan kekuatan Randika yang sekarang, sepertinya bahkan ujung dunia pun tidak akan bisa menjadi tempat persembunyiannya.
Tatapan mata Randika sama sekali tidak pernah lepas dari sosok Shadow. Orang-orang yang menerjang ke arah dirinya itu sudah bagaikan nyamuk di matanya.
Selagi dia membunuh para nyamuk, Randika berkata pada Shadow yang terus menerus melangkah mundur itu. "Apa kau terkejut karena aku tidak mati?"
Melihat sosok Randika yang bersimbah darah itu semakin dekat dengan dirinya, Shadow sudah tidak tahan lagi. Dia berbalik dan berusaha kabur dengan kecepatan tertingginya! Namun, bagaimana mungkin dia bisa mengalahkan Randika yang sekarang?
Hampir secara bersamaan, Randika sudah berdiri di belakang Shadow dan menangkap pergelangan tangannya. Shadow yang terkejut itu berusaha melepaskan dirinya, tetapi Randika meninjunya tepat di wajahnya yang membuatnya terpental.
Shadow dengan cepat berdiri kembali, hidungnya sudah patah dan bibirnya mengeluarkan darah. Tatapan matanya penuh dengan perasaan teror dan takut. Dia tidak rela perjalanannya menuju puncak berakhir di sini, apa yang salah dengan rencana sempurnanya ini?
Shadow berusaha menghilang di tengah kegelapan, tetapi mata Randika sudah terkunci rapat dengan sosoknya.
"Jangan lupa bahwa akulah yang mengajarimu." Randika berjalan dengan perlahan. "Hukuman yang akan kuberikan ini adalah salah satu dari pelajaranmu."
Mendengar kata-kata Randika itu, Shadow menggertakan giginya. Sepertinya tidak ada jalan keluar lainnya, dia harus bertarung apabila ingin selamat.
Mati terbunuh atau membunuh duluan!
Melihat Shadow yang menerjang ke arah dirinya dari atas, Randika hanya menatapnya dengan dingin. Shadow memanfaatkan sekelilingnya dan mengumpulkan kecepatan, setelah cukup cepat dia melayangkan pukulannya ke arah Randika.
Tinjunya berisikan tekadnya untuk hidup!
Randika hanya menghadapi serangan mematikan ini dengan satu tangan. Ketika dua tinju mereka bertemu, tubuh Shadow telah dirasuki oleh tenaga dalam Randika yang liar itu. Dalam sekejap dia muntah seteguk darah segar!
UHUK!
Bersamaan dengan darah hitam yang keluar dari mulutnya itu, seluruh tubuh Shadow terpental dan terjatuh dengan keras di tanah.
Jika orang itu bukan Shadow, mungkin yang terkena serangan tenaga dalam itu sudah mati.
Namun tetap saja, Shadow terluka parah dan hanya bisa terkapar di tanah. Dia hanya bisa melihat sosok Randika yang mendekatinya langkah demi langkah, hatinya sudah mengepal dengan keras.
Sepertinya dia sudah berada di ujung jalannya.
"Takdir seorang pengkhianat hanyalah kematian." Kata Randika dengan pelan. Randika sudah beberapa langkah lagi sampai di tempat Shadow untuk mengakhiri tragedi berdarah ini. Namun, Shadow tidak berniat untuk mati dengan mudah, pisau yang dia sembunyikan langsung dia tusukan menuju Randika!
Namun, Randika berhasil menangkap pergelangan tangannya sebelum pisau itu bisa menembus dirinya. Sambil meraung kesakitan, Shadow merasa pergelangan tangannya itu patah dan pisau yang digenggamnya langsung terjatuh.
Melihat sosok Shadow di hadapannya, Randika sama sekali tidak bisa merasakan rasa simpati. Pada awal mereka kali bertemu, Shadow hanyalah sesosok yang menyedihkan tetapi Randika melihat api di dalam hati perempuan ini dan akhirnya memungutnya. Randika mengajarinya bela diri dan melatihnya menjadi seorang Shadow. Dia telah menjadi pilar dari organisasi intelijennya, namun tanpa diduganya, Shadow malah mengkhianatinya.
"Setelah membunuhmu, aku akan membunuh Bulan Kegelapan." Kata Randika dengan nada dingin. "Jika aku boleh menebak, Bulan Kegelapan justru merupakan bidak milikmu. Setelah kau membunuhku, kau akan membunuhnya bukan?"
Shadow mengerutkan dahinya, sepertinya dia meremehkan tuannya ini baik segi kekuatan ataupun kecerdasannya.
Rencana Shadow persis seperti yang dikatakan oleh Randika. Dia menggunakan Bulan Kegelapan sebagai alat untuk mengalahkan Randika dan pada akhirnya dia sendiri yang akan membunuhnya setelah dirinya menjadi Ares yang baru. Namun, tanpa diduga ternyata Randika bisa mengetahui semua hal ini.
"Mau kalian berdua menyerang bersamaan atau sendiri-sendiri, semut tetaplah semut." Tatapan mata Randika terlihat dingin, tangan kirinya terangkat dan mengarah pada Shadow yang tergeletak di tanah.
Tinju ini akan menghabisi nyawa Shadow untuk selamanya.
Melihat tangan yang terangkat itu, Shadow merasakan perasaan ngeri yang luar biasa, dia tahu bahwa dia tidak bisa menghindarinya.
Namun pada saat ini, tinju Randika itu tiba-tiba berhenti di udara dan merasakan tenaga dalamnya tiba-tiba menyusut kembali.
Sepertinya kekuatan misteriusnya itu kehabisan tenaga dan dengan cepat menarik kembali dirinya ke dalam tubuh Randika, hal ini membuat tubuh Randika kembali berguncang.
Ketika Shadow melihat Randika yang seperti ini, dia langsung memanfaatkannya dan berusaha kabur. Dia sama sekali tidak berani melihat ke arah belakang, dia terus berlari tanpa henti. Nyawanya seharusnya sudah berakhir barusan, untung saja tiba-tiba ada hal yang aneh sedang terjadi dengan tubuh tuannya itu.
Melihat sosok Shadow yang semakin menjauh, Randika hanya menggigit bibirnya. Dia ingin mengejar perempuan itu tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak.
Kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Dia hanya butuh satu detik untuk mendaratkan pukulan mematikannya pada Shadow tadi!
Namun, Randika hanya bisa duduk dan berusaha menenangkan dirinya. Setelah beberapa saat, dia berhasil mengendalikan tubuhnya kembali. Namun pada saat ini, Shadow sudah kabur.
Randika menghela napasnya, dia bersumpah akan membunuh pengkhianat itu ketika bertemu dengannya lagi!
Takdir seorang pengkhianat hanyalah kematian!
Setelah menenangkan diri, Randika berjalan kembali ke gedung rumah dan pertempuran sepertinya sudah berakhir. Raihan berhasil membunuh Atid si raja Thai Boxing, Serigala berhasil membunuh lawannya yaitu Beruang Putih dan Kyoko berhasil menumpas si pengkhianat yang menjadi lawannya itu. Seluruh pasukan Ares berhasil menguasai setiap bagian dari rumah bangsawan ini.
Masih ada beberapa orang yang masih melawan mereka, mereka menggunakan pojok ruangan sebagai tempat perlindungan mereka.
Namun, ketika mereka melihat sosok Randika yang bersimbah darah dan aura membunuhnya yang pekat membuat semua orang terkejut. Dengan satu tangan, Randika menembakan tenaga dalamnya dan semua orang yang masih berusaha melawan itu sudah tidak sadarkan diri.
Melihat kesempatan ini, pasukan Ares menerjang maju dan menghabisi sisa-sisa lawannya yang masih sadarkan diri.
Raihan menghampiri Randika dengan tatapan terkejut, sepertinya kawannya ini habis tercebur di lautan darah?
"Aku baik-baik saja." Kata Randika dengan nada tenang. "Jangan biarkan satu pun dari mereka hidup."
"Pasukan kita berhasil menguasai tempat ini dan Polemos serta Catherine sedang menginterogasi dan menyelidiki tempat ini. Mereka berusaha menemukan petunjuk di mana Yuna disekap. Setelah menemukan informasi itu, baru kita bisa membunuh semuanya jadi bersabarlah."