Chapter 219: Pacar Kaori yang Misterius
Chapter 219: Pacar Kaori yang Misterius
Haru mendengus dingin. "Jika kau menghinaku sekali lagi, siap-siap gigimu itu copot."
"Aduh jangan gitu dong Haru, nanti dia tidak bisa menghisap barang milikku lho!" Canda teman-temannya yang ada di belakang dirinya.
"Benar katanya, wajah cantik seperti kalian ini sayang sekali untuk dirusak." Kata Haru dengan nada mengejek.
Kaori sudah muak, "Cepat pergi dari sini kalau tidak urusan lain."
Haru mendengus dingin. "Jika malam itu tidak ada yang mengganggu, kamu sudah berbadan dua."
"!!!" Mendengar hal itu membuat Kaori menjadi marah. Teman-temannya Haru sudah tertawa keras ketika mendengarnya.
"Hahaha jadi ayah secepat itu? Mana mungkin kau bisa!"
"Tapi punya istri seperti perempuan itu benar-benar tidak buruk."
Mendengar hinaan seperti ini, Kaori merasa malu dan marah. Pada saat ini, Haru menyadari keberadaan Randika yang duduk di samping Kaori. "Sepertinya kau sudah menemukan budak baru yang suka dengan barang bekas, apa bagusnya coba dari laki seperti ini?"
Mendengar ejekan itu, teman-temannya tertawa kembali.
"Aku cukup heran kenapa kau bisa melepas bidadari cantik seperti Kaori ini demi seekor orangutan?"
Mendengar kata-kata ini, perempuan yang dirangkul oleh Haru menjadi marah. Haru sendiri merasa kata-kata itu tamparan bagi wajahnya.
"Kau sepertinya nyari mati ya bocah." Haru melototi Randika, berusaha membuat lawannya itu ketakutan dengan penampilan sangarnya.
"Kalau iya?" Randika berkata sambil menyesap kopinya.
Haru benar-benar tersinggung, sepertinya dia dianggap kerikil oleh pria itu.
"Kau sudah bosan hidup?" Haru menerjang ke arah Randika, namun tangannya tertangkap dan dia tidak bisa menggerakannya.
Randika masih memegangi cangkir kopinya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menahan pukulan Haru. Semua orang terkejut bahkan Kaori dan Naomi sekalipun. Haru makin marah, dia merasa bahwa dirinya telah terhina di depan teman-temannya dan perempuannya.
Sesaatnya Randika melepaskan tangannya, Haru melangkah mundur beberapa langkah. Randika menaruh cangkir kopinya dan berkata dengan santai. "Sebaiknya kau pergi sebelum memalukan dirimu sendiri.
Haru sama sekali tidak gentar, dia menerjang maju dengan amarah yang meledak-ledak.
Pukulan yang dia layangkan dengan mudah ditahan oleh Randika dengan satu tangan. Randika lalu memelintir tangannya, dalam sekejap Haru sudah mengerang kesakitan. Seluruh tubuh Haru terlihat ikut terpelintir mengikuti tangannya.
Semua orang menatap Randika dengan tatapan bingung dan kagum, orang seperti itu bisa mengalahkan Haru dengan mudah! Kaori sendiri makin cinta dengan Randika, apalagi setelah kejadian dengan para polisi itu, Kaori menebak bahwa Randika bukanlah orang sembarangan.
Bagaimanapun juga, dia ingin meluapkan rasa cintanya itu di ranjang.
Randika mengeluarkan sedikit tenaga dan teriakan Haru makin menjadi-jadi, dia merasa tangannya bisa patah sewaktu-waktu.
"Jangan bergerak atau tanganmu akan patah." Kata Randika dengan santai, dia kembali mengambil kopinya dan menyesapnya sambil menatap Haru.
Haru mengangkat kepalanya dan menatap tajam Randika, dia benar-benar marah. Dia akan membunuh pria ini!
"Sudah lama aku tidak menghabisi orang sepertimu." Pikiran Randika kembali ke Indonesia, di mana dia sering bertemu dengan para preman. Dari luar memang mereka terlihat bengis dan tangguh, tetapi dipelintir sedikit mereka sudah merengek seperti bayi.
Haru dan mereka sama sekali tidak ada bedanya.
Randika kembali mengerahkan tenaganya sedikit dan tatapan Haru berubah menjadi ekspresi kesakitan.
"Kau sepertinya makin ganteng ketika sedang kesakitan seperti ini. Bagaimana kalau aku patahkan saja tanganmu ini? Siapa tahu perempuan makin suka denganmu."
"Lepaskan tanganku dan bertarunglah seperti seorang pria." Kata Haru dengan marah.
"Oh? Baiklah." Randika langsung melepaskan genggamannya itu. Haru dengan cepat melangkah mundur dan menatap Randika yang duduk kembali. Setelah memastikan tangannya baik-baik saja, dia bersiap-siap untuk menerjang kembali.
Randika duduk dan menikmati kopinya sambil menunggu Haru yang sedang melakukan pemanasan itu. Ketika Haru menerjang dirinya, Randika hanya memukulnya hingga terpental.
Semua teman-teman Haru terkejut ketika melihat Haru dikalahkan dengan mudah. Ketika Haru menerjang maju, Randika sama sekali tidak bergerak. Barulah ketika pukulan lawannya itu mendekat, Randika mengibaskan tangannya dan berhasil menghindari pukulannya. Namun, hanya dari kibasan tangan itu, Haru merasakan tubuhnya terdorong oleh kekuatan yang amat besar dan terpental.
Melihat kawannya itu ada di lantai, rasa pertemanan beberapa orang mulai berkobar. Beberapa dari mereka mulai menerjang maju ke arah Randika.
"Hentikan!" Naomi melihat situasi semakin kacau.
"Tidak apa-apa, serang saja aku bersamaan." Kata Randika sambil tersenyum. Menghadapi orang-orang seperti ini sangatlah mudah bagi Randika dibandingkan dengan perangnya tadi pagi. Terkadang menghabisi cecunguk seperti ini menimbulkan sensasi tersendiri.
Beberapa orang menerjang maju bersamaan dan melayangkan pukulan.
Randika hanya menggunakan kedua tangannya itu untuk memukul mundur mereka hingga terpental, sama seperti Haru. Baru setelah ini, semua berandalan yang menemani Haru itu maju bersamaan.
Randika berdiri sambil memegangi cangkir kopinya, berniat untuk meminumnya, tetapi pada saat ini, orang-orang itu sudah berada dekat dengan dirinya.
Tubuhnya bergerak dengan cepat, menghindari pukulan demi pukulan dengan mudah. Ketika dirinya bergerak ke samping, tangannya berhasil menggenggam erat tangan lawannya dan melemparnya. Orang yang berbobot setidaknya 70 kg itu terpental dan membentur temannya.
Lawannya lain hendak menyerang dari belakang, Randika hanya berputar dan menamparnya dengan keras. Orang itu berputar-putar dan akhirnya pingsan. Sesaat sebelum pingsan, tendangan Randika membuat orang ini terbang dan membentur temannya yang lain.
Dalam sekejap, satu per satu orang yang menerjang ke arah dirinya itu dihajarnya. Bahkan mereka berupaya menyandera Naomi agar dijadikan sebagai tameng. Namun, Randika hanya tersenyum ketika menyadarinya dan menggenggam erat tangan lawannya itu. Sambil tersenyum, Randika melempar kopinya tepat di wajah lawannya!
Sensasi panas membuat matanya tidak bisa terbuka, Randika dengan santai menendangnya.
Di bawah kekuatan Randika, para berandalan ini sama sekali tidak berdaya.
Semua karyawan dan pengunjung di kafe terkagum-kagum oleh pemandangan ini. Pria itu ternyata kuat sekali, terlebih berandalan itu sering berulah di kafe ini jadi para karyawan senang melihatnya.
Haru dan teman-temannya mulai panik. Melihat Randika yang berdiri dengan santai, mau tidak mau mereka harus mundur. "Tunggu saja pembalasanku!"
Kabur?
Randika hanya tersenyum. "Lain kali bawa semua temanmu, aku juga sedang tidak buru-buru."
Ketika mendengar hal ini, tubuh Haru menjadi kaku. Diseret oleh temannya, akhirnya mereka semua menghilang dari kafe ini.
Randika duduk kembali dan menyadari bahwa ketiga perempuan ini menatapnya lekat-lekat.
"Ada apa ya?" Randika tersenyum. "Apa ada kotoran di wajahku?"
Naomi terlihat serius. "Kamu bisa bela diri?"
Randika menutup mulutnya dan tidak menjawab sama sekali.
"Wah beruntung sekali kamu ya Kaori! Kamu harus membiarkan pacarmu ini mengajariku beberapa trik." Naomi menjadi bersemangat.
Kaori juga ikut tersenyum ketika menatap Randika. "Kalau itu sih terserah pacarku."
Randika merasa tidak berdaya dan mengangguk secara perlahan.
"Wow itu bagus!"