Chapter 273: Bayangan yang Ingin Berubah Menjadi Iblis
Chapter 273: Bayangan yang Ingin Berubah Menjadi Iblis
Randika lalu berjalan menuju lantai 2 yang lantainya sudah bolong tersebut. Keadaan kembali menjadi sunyi senyap. Mayat-mayat yang tersisa dari bom bunuh diri itu berceceran di lantai, benar-benar pemandangan yang mengerikan.
Randika tidak memedulikan mereka lalu berjalan naik kembali.
Gedung ini berlantai 20, benar-benar tinggi. Ketika Randika berjalan menaiki tangga, HP miliknya tiba-tiba bunyi.
"Kau memang layak menyandang nama Ares." Suara dingin Shadow dapat terdengar dengan jelas. "Tetapi jangan kira permainan kita cuma segitu saja, permainan ini masih jauh dari kata selesai."
Randika tidak membalas sama sekali, dia dengan cepat menutup teleponnya. Dia sudah bertekad memburu Shadow di mana pun dia berada, tidak perlu baginya untuk mendengarkan suaranya yang menjengkelkan itu.
Di lantai paling atas, Shadow menatap HPnya yang panggilannya terputus itu. Tatapan matanya mengandung kebencian yang amat sangat dalam.
"Tuanku sepertinya masih marah." Shadow tertawa dan menoleh ke arah Inggrid, yang terikat di sebuah kursi.
Pada saat ini, Inggrid terikat mulai dari pinggang, kaki, dada dan kedua tangannya. Kursi yang diduduki Inggrid itu merupakan kursi listrik yang biasanya digunakan untuk pidana yang divonis mati, jadi mustahil untuk Inggrid bisa bebas dengan sendirinya.
Inggrid, yang sudah lama tersadarkan kembali, menatap sosok Shadow yang sedang tertawa. Wajahnya benar-benar mengerikan, penuh dengan luka.
Orang yang menculiknya itu benar-benar gila, dia memasang bom pada bawahannya dan sama sekali tidak takut bom-bom tersebut akan menghancurkan pondasi gedung ini. Dan semua itu dia lakukan hanya untuk membunuh Randika!
"Aku heran, kenapa dia rela membuang nyawanya demi menyelamatkanmu? Apa itu yang namanya cinta?" Shadow tersenyum mengejek. Ketika dia melihat wajah Inggrid, hatinya menjadi senang. Semakin menderita lawannya, semakin senang hatinya.
Inggrid berusaha melepaskan diri tetapi dia menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak bisa bergerak.
Percuma kamu mencoba untuk kabur." Di tangan Shadow tiba-tiba muncul sebuah pisau. "Lihat aku."
Inggrid kemudian mengangkat kepalanya dan melihat senyuman jahat milik Shadow. "Sesampainya Ares di lantai ini, aku akan menggorok lehermu dengan pisau ini dan kamu akan mati di hadapannya."
Hati Inggrid mengepal, dia sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Yang dia ketahui adalah dirinya digunakan sebagai umpan untuk membuat Randika datang ke gedung ini.
"Bukannya kamu seharusnya membunuh Ares duluan?" Tanya Inggrid.
Shadow melototi Inggrid kemudian dia berbalik badan dan menatap ke langit. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya dan kain yang ada di lehernya. Namun tiba-tiba, kain itu terangkat dan menunjukan leher yang tidak ada dagingnya!
Pada hari itu, di saat dirinya tenggelam di laut, Shadow melewati cengkeraman maut itu dengan susah payah. Dia tidak punya cara lain untuk lari dari genggaman Randika di kapal dan memilih pilihan yang paling berisiko yaitu pura-pura mati digigit oleh hiu. Namun, semua itu bukanlah akting dan Shadow harus membayarnya dengan mahal. Dia tergigit oleh beberapa hiu dan kehilangan beberapa daging tubuhnya, organ di dalam tubuhnya juga terluka parah.
Untungnya saja, di saat-saat hidupnya hampir melayang, dia berhasil menyusul ke Indonesia dan meminum darah boneka ginseng. Hal itu membuat tubuhnya mulai sembuh secara perlahan.
"Tidak, aku ingin membuatnya gila terlebih dahulu. Aku ingin melihat dia hanya bisa memeluk perempuan yang dicintainya mati di pelukannya. Aku ingin melihat dia menderita!" Nada suara Shadow perlahan menjadi tinggi dan penuh dengan kebencian.
Inggrid tahu bahwa Randika sudah tiba di gedung ini. Dia harus mengulur waktu agar Randika bisa datang ke tempatnya ini. "Bukankah membunuhku hanya membuatnya makin marah? Membunuhku membuatmu kehilangan kartu As."
Shadow berbalik dan menatap Inggrid sambil tersenyum. "Kamu benar-benar pintar, tetapi apa kamu mengira aku hanya punya satu kartu As? Kamu benar-benar naif."
Tentu saja, Shadow memiliki banyak kartu andalan di tangannya. Penyelidikannya terhadap Randika beberapa hari ini membuatnya mengerti bagaimana kehidupan Randika di kota Cendrawasih ini. Tentu saja, perempuan-perempuan seperti Viona, Christina dan Deviana sama-sama berharganya dengan Inggrid.
Setelah dirinya membunuh Inggrid, berikutnya adalah Viona. Dia akan menghabisi satu per satu wanita yang dicintai oleh Randika itu!
Memikirkan bagaimana marahnya, sengsaranya, dan rasa tidak berdayanya Randika, Shadow tidak bisa berhenti tertawa. Tawanya ini menggema ke seluruh ruangan, benar-benar keras.
Inggrid sama sekali tidak tahu kartu apa yang dimiliki Shadow, dia hanya mengira bahwa Shadow mungkin akan mengincar keluarga Randika.
Setelah beberapa waktu terdiam, Inggrid bertanya. "Apakah Ares itu adalah Randika yang kukenal?"
Wajah Shadow menjadi serius, hatinya merasa kejadian ini akan menarik. "Kamu benar-benar ingin tahu?"
Inggrid mengangguk. Dari awal dia memang mengerti bahwa Randika itu bukan orang biasa, apalagi dia pernah mengobati tubuh Randika yang penuh luka itu. Meskipun dia tidak bertanya tentang masa lalu Randika, Inggrid masih merasa penasaran. Setidaknya, dia ingin mengetahui siapa identitas asli Randika.
Meskipun awal kali mereka bertemu Randika sedang berjualan mie ayam, Inggrid tahu bahwa itu semua hanyalah tipuan belaka. Dia sama sekali tidak tahu siapa Randika yang sebenarnya.
Setelah memikirkannya baik-baik, Randika yang berhasil menyelamatkan dirinya dari keluarga Alfred itu juga merupakan kejadian yang sangat luar biasa. Tidak ada orang biasa yang mempunyai kemampuan menentang keluarga aristokrat.
"Baiklah kalau itu maumu, aku akan menceritakan siapa Ares sang Dewa Perang itu." Shadow mulai berjalan menghampiri Inggrid dan berhenti tepat di depannya. "Legenda ini berawal dari Ares yang membangun kerajaannya di dunia bawah tanah di Jepang, di situ dia menjadi raja dunia bawah tanah. Ada cerita yang mengatakan bahwa jika Ares mengamuk, seribu mayat tidak akan mampu menghapus hasrat haus darahnya. Itulah Ares sang Dewa Perang."
Inggrid terkejut ketika mendengarnya, dia terdiam.
"Setahuku, Ares berkeliling dunia sebagai pedagang sekaligus mencari lawan untuk mengasah kemampuannya. Tetapi setelah berpetualang, dia menyadari sesuatu. Mencari uang bukanlah hal yang dia sukai, dia lebih menyukai melihat cipratan darah mengenai wajahnya ketika dia membunuh lawannya. Setelah itu, dia meneruskan perjalanannya sambil meninggalkan mayat ratusan orang sebagai jejaknya. Dia lalu membangun kerajaannya di Jepang dan membangun pasukannya di sana."
"Dia mendapatkan nama Ares sang Dewa Perang setelah membunuh seribu orang dalam semalam!"
"Dia pernah menghancurkan pangkalan militer tentara Amerika hanya bermodalkan pedang dan panah."
"Orang yang telah menjadi korbannya sudah tidak terhitung lagi."
Shadow berjalan ke belakang Inggrid dan memeluknya dari belakang. "Apakah selama ini kamu tidak tahu bahwa setiap hari kamu tidur di samping Dewa Kematian? Apakah kamu tidak pernah mencium bau darah yang menempel di tubuhnya? Atau kamu pernah mendengar jeritan tragis korbannya ketika tidur di sampingnya? Apakah kamu tidak pernah menyadari bahwa kamu selama ini telah berhubungan badan dengan iblis?"
Mendengar semua hal ini, Inggid sudah gemetar tanpa henti. Matanya terbelalak, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Bahkan jika dia pernah membunuh orang banyak sebelumnya, aku tidak percaya bahwa dia itu iblis."
Inggrid tidak percaya dengan omongan Shadow yang menuduh Randika itu iblis. Senyumannya yang hangat, meskipun terkadang terlihat seperti om-om mesum, hatinya yang peduli dengan orang susah, orang yang selalu mengingatkan dirinya untuk makan itu tidak mungkin seorang iblis.
"Bodoh!" Shadow mendengus dingin. "Ketika dia datang ke sini, kamu akan melihatnya dengan kedua matamu itu."
"Kalau dia iblis, kamu itu apa?" Tanya Inggrid.
"Aku?" Shadow memainkan pisau yang ada di tangannya. Tiba-tiba, pisau itu melayang dan menancap dengan kuat di tembok.
Shadow kembali mengeluarkan sebuah pisau dan berkata pada Inggrid. "Aku hanyalah sebuah bayangan yang bekerja di bawah seorang iblis. Sekarang aku ingin menjadi iblis dan merebut takhtanya sebagai yang terkuat."
Senyuman Shadow yang sekarang dapat membuat siapapun yang melihatnya merinding.
Pada saat yang sama, dari arah bawah terdengar suara jeritan tragis. Shadow lalu bergumam pada dirinya sendiri. "Sebentar lagi."
Inggrid terdiam, dia melototi tangga. Jika Randika benar-benar naik ke tempat ini, apa yang akan terjadi?
Apakah dia akan mati sesuai dengan kata Shadow? Atau dia akan melihat Randika mati di depannya?